Selasa, 07 Mei 2013

Praktikum PSYCHOLOGY FAAL



LAPORAN PRATIKUM PSIKOLOGI FAAL








Percobaan
Nama Percobaan
Nama Subjek Percobaan
Tempat Percobaan
:
:
:
:
Indera Pengelihatan
Reaksi Pupil
Dede Warliah
Laboratorium Psikologi Faal

a.
Tujuan Percobaan
:
Untuk mengetahui serta memahami reaksi-reaksi yang terjadi pada pupil mata.
b.
Dasar Teori
:
Pupil adalah lingkaran yang dibentuk oleh iris, dibelakang iris terdapat lensa. Pupil dapat mengecil pada akomodasi dan konversi. Iris mengandung pigmen dengan musculus dilatators pupilat dan musculus spchinter papillae. Mengecilnya pupil karena cahaya ialah lebarnya pupil diatur oleh Iris sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh mata. Ditempat yang gelap dimana intensitas cahayanya kecil maka pupil akan membesar, agar cahaya dapat lebih banyak masuk kemata. Ditempat yang sangat terang dimana intensitas cahayanya cukup tinggi atau besar maka pupil akan mengecil, agar cahaya lebih sedikit masuk ke mata. Bila cahaya diarahkan ke mata kita maka akan berkontraksi, kejadian tersebut dinamakan refleks pupil atau refleks cahaya pupil. Refleks pupil dapat dilihat dari mengecil dan membesarnya pupil.
Ukuran pupil tergantung beberapa faktor antara lain umur, tingkat kesadaran, kuatnya penyinaran, dan tingkat akomodasi. Perubahan diameter pupil dipengaruhi oleh aktifitas jaras eferen serabut simpatis dan parasimpatis.
Fungsi saraf simpatik adalah dilatasi pupil dengan efek yang kurang bermakna pada otot siliaris sedangkan fungsi saraf parasimpatik untuk miosis pupil dengan efek terhadap kontraksi M.siliaris serta efek akomodasi. Jadi dianeter pupil ditentukan oleh aksi antagonistik antara M.sfingter pupiliae dan M.dilator pupiliae. Otot kedua ini peranannya kecil.
Reaksi pupil terhadap cahaya kemungkinan berasal dari jaras yang sama dengan jaras rangsang cahaya yang ditangkap oleh sel kerucut dan batang, yang mengakibatkan sinyal visual ke korteks oksipital. Jaras eferen pupilomotor ditransmisikan melalui N.Optikus dan melalui hemidekusatio di chiasma.
Kemudian jaras pupilomotor mengikuti jaras visuosensorik melalui traktus optikus dan keluar sebelum mencapai korpus genikulatum lateral, kemudian masuk batang otak melalui brachium dari colliculus superior. Jaras atau neuron aferen tersebut kemudian membentuk sinaps dengan Nc. Pretektal yang kemudian menuju Nc Edinger Westphal melalui neuron inter kalasi ipsilateral (berjalan ke arah ventral di dalam substansia ke labu peri akuaduktus) dan kontralateral (di bagian dorsal akuaduktus, didalam komissura posterior). Kemudian jaras pupilomotor (neuron eferen parasimpatomimetik) masing-masing keluar dari Nc Edinger Westphal menuju ganglion siliaris ipsilateral dan bersinaps di sini, kemudian neuron post-ganglioner (N.silaris brevis) menuju M sfingter papillae.
Note :
Pupil mata tergantung dari iris (otot kecil). Iris : mendekati jika cahaya mendekat terlalu terang, menjauhi cahaya jika cahaya yang masuk terlalu redup.
Jika mata tidak siap saat terkena cahaya maka pupil mengecil atau meredup secara langsung, jika siap pupil mengecil secara perlahan.
c.
Alat yang Digunakan
:
Cermin, Senter, tabung yang terbuat dari kertas 15mm dan pada dasarnya ada lubang.
d.
Cara Kerja
:
1.         Sediakan senter.
2.         Arahkan senter ke mata praktikan
3.         Lalu bandingkan hasilnya antara yang di senter dan tidak.
e.
Hasil Percobaan
:
Pada subyek :
Yang di senter mengecil yang tidak di senter membesar.
Yang sebenarnya :
Mata yang terkena cahaya secara tiba-tiba pupil akan mengecil cepat dan iris mendekat cepat. Mata yang tidak terkena cahaya  tiba-tiba pupil akan mengecil secara lambat dan iris juga mendekat secara lambat.
f.
Kesimpulan
:
Dari percobaan ini dapat di simpulkan bahwa pupil Pupil dapat melebar pada tempat yang gelap dan mengecil pada tempat yang terang.
g.
Daftar Pustaka
:
Dr Iakandar Japardi. Pupil dan kelainannya.http://library.usu. ac.id/download/fk/bedah iskandar%20japardi42.pdf. 24-02-2010















Percobaan
Nama Percobaan
Nama Subjek Percobaan
Tempat Percobaan
:
:
:
:
Indera Pengelihatan
Visus (ketajaman)
Annisa Solihati
Laboratorium Psikologi Faal

a.
Tujuan Percobaan
:
Untuk mengetahui ketajaman pengelihatan seseorang
b.
Dasar Teori
:
Visus adalah ketajaman penglihatan, sebuah khusus dimana tergantung dari ketajaman fokus retina dalam bola mata. Untuk menghasilkan detail penglihatan, system optik mata harus memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea, di dalam macula yang memiliki densitas tertinggi akan fotoreseptor konus/kerucut sehingga memiliki resolusi tertinggi dan penglihatan warna terbaik. Ketajaman dan penglihatan warna sekalipun dilakukan oleh sel yang sama, memiliki fungsi fisiologis yang berbeda dan tidak tumpang tindih kecuali dalam hal posisi. Ketajaman dan penglihatan warna dipengaruhi secara bebas oleh masing-masing unsure. Perkembangan yang normal dari ketajaman visus tergantung dari input visual yang menghalangi input visual diusia muda. Penurunan tajam penglihatan direfleksikan dalam berbagai macam abnormalis pada sel-sel di korteks visual. Perubahan-perubahan ini meliputi penurunan yang nyata akan jumlah sel-sel yang terhubung pada kedua bola mata, yang bermanifestasi sebagai hilangnya penglihatan binocular dan kedalaman streopsis. Visus sangat dipengaruhi oleh sifat pisis mata. oberasi (kegagalan sinar untuk berkonvergensi atau bertemu di 1 titik fokus setelah melalui suatu system optik), besarnya pupil, komposisi cahaya, mekanisme akomodasi, elastisitas otot. Untuk dapat melihat benda, stimulus (cahaya) harus jatuh di reseptor dalam retina yang selanjutnya diteruskan ke pusat penglihatan (ovea sentralis) dan diperlukan ke tajaman penglihatan. Bila kita melihat satu benda dengan kedua belah mata maka benda tersebut dapat terlihat dengan baik karena jatuh di titik identik, tetapi bila bola mata diganggu maka akan terlihat benda rangkap ( diplopia ) karena tidak jatuh dititik identik. Semakin kecil dan rapat sel kerucut, maka semakin kecil minimum separabel. Segala macam bentuk gangguan visual yang menghalangi input visual dalam jangka waktu yang lama seperti katarak, strabismus, atau penutupan dan penekanan pada mata selama menjalani terapi medis biasanya berakibat sebagai penurunan ketajaman visus berat dan permanen pada mata yang terkena jika tidak segera dikoreksi atau diobati di usia muda. Rumusnya V = d
                      D
Keterangannya :
V = Visus (ketajaman penglihatan)
d = Jarak Optotype Snellen
D = skala sejauh mana mata normal masih bisa
c.
Alat yang Digunakan
:
Optotype snellen
d.
Cara Kerja
:
1.         Tempetlkan Optotype Snellen pada tembok,
2.         Praktikan berdiri di depannya dengan jarak 3-6 m.
3.         Tutup salah satu mata dengan tangan, seperti contohnya tutup mata kanan dengan tangan dan juga sebaliknya mata sebelah kiri lalu lihat dan baca huruf-huruf tersebut untuk mengetahui apakah mata normal atau tidak.
e.
Hasil Percobaan
:
Skala :  Kanan 80 dan kiri 60
Jadi, V = 6  (kanan)        V = 6  (kiri)
             80                          60
f.
Kesimpulan
:
Penglihatan ketajaman tergantung pada fokus retina dalam bola mata. Ketajaman penglihatan tergantung oleh diameter pupil. Untuk mendapatkan penglihatan yang detail, maka optik mata harus bisa memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea.
Dilihat dari hasilnya praktikan memiliki ketajaman mata yang rendah ini terbukti dari hasil percobaan mata kanan dan kiri yang tidak normal.
g.
Daftar Pustaka
:
Ilyas S, Itifema. Dalam : Ilmu penyakit Mata. Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Penerbit FKUI : 2006







Percobaan
Nama Percobaan
Nama Subjek Percobaan
Tempat Percobaan
:
:
:
:
Indera Pengelihatan
Diplopia (benda rangkap)
Annisa Solihati
Laboratorium Psikologi Faal

a.
Tujuan Percobaan
:
Untuk membuktikan terjadinya diplopia atau adanya titik disport yang memberikan kesan rangkap atau dobel.
b.
Dasar Teori
:
Diplopia atau penglihatan ganda adalah suatu gangguan Penglihatan dimana objek terlihat dobel atau ganda. Diplopia berasal dari bahasa Yunani, diplo = dobel atau ganda, opia = penglihatan. Diplopia binokular adalah penglihatan ganda yang apabila melihat dengan kedua mata dan menghilang bila salah satu mata ditutup. Ini diakibatkan oleh gangguan pergerakan otot bola mata. Diplopia monocular adalah penglihatan yang hanya terjadi pada satu mata. Penglihatan akan menjadi ganda apabila salah satu mata ditutup. Ini akibat dari gangguan lengkungan kornea dan kurangnya produksi air mata. Disparant adalah titik-titik garis benda bayangan yang tidak sejelas benda aslinya. Kesan rangkap atau double terjadi karena titik idientik (bintik kuning) fovea nasalis diganggu atau adanya pergeseran letak bintik kuning saat pelupuk mata ditekan. Selain bintik kuning terdapat bintik buta (blind spot), karena daerah ini tidak peka terhadap cahaya karena tidak ada sel batang dan sel kerucut. Sel batang untuk melihat cahaya redup (remang-remang), sedangkan sel kerucut untuk siang hari dan warna. Bola mata dipegang oleh 2 otot yaitu otot rectus dan oblique. Otot rectus terdiri dari superior, inferior, lateris ,dan medialis, sedangkan oblique terdiri dari superior dan inferior.
c.
Alat yang Digunakan
:
Tongkat atau batang yang dapat di berikan atau benda lain yang berbentuk terarur.
d.
Cara Kerja
:
1.         Pegang pensil atau pulpen di tangan,
2.         lalu rentangkan tangan sejajar lurus ke  depan,
3.         Praktikan menekan atas kelopak matanya,
4.         dan perhatikan atau lihat benda tersebut.
e.
Hasil Percobaan
:
Pada subyek :
Benda terlihat menjadi 2.
Yang sebenarnya :
Benda terlihat rangkap (lebih dari 1). Hal itu terjadi karena benda tidak jatuh pada bintik kuning. Titik disport adalah titik garis benda bayangan yang tidak sejalur garis benda asli.
f.
Kesimpulan
:
Kesan rangkap atau dobel terjadi karena titik identik (bintik kuning/fovea nasalis) diganggu atau adanya pergeseran letak bintik kuning saat pelupuk mata ditekan.
g.
Daftar Pustaka
:
Buyton. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Dasar Penyakit. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004.














Percobaan
Nama Percobaan
Nama Subjek Percobaan
Tempat Percobaan
:
:
:
:
Indera Pengelihatan
Buta warna dengan uji Stilling-Isihara dan Stilling-Isihara 1
Annisa Solihati
Laboratorium Psikologi Faal

a.
Tujuan Percobaan
:
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami buta warna atau tidak.
b.
Dasar Teori
:
Buta warna adalah kelainan yang disebabkan oleh ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menagkap suatu spectrum warna tertentu akibat factor genetis. Kelainan genetik ada 2 yaitu buta warna permanen dan buta warna temporer. Buta warna permanen adalah tidak dapat melihat warna ( merah, biru, hijau) yang terlihat hanyalah warna abu-abu dan putih, sedangkan buta warna temporer adalah tidakdapat membedakan warna merah tua, merah darah, merah tomat , merah cabai, dan merah muda. Buta warna merupakan kelainan genetic/bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah 'pembawa sifat' hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tersebut menderita buta warna. Saraf sel di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut. Buta warna sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu trikromasi, dikromasi dan monokromasi. Buta warna jenis trikomasi adalah perubahan sensitifitas warna dari satu jenis atau lebih sel kerucut. Ada tiga macam trikomasi yaitu: Protanomali yang merupakan kelemahan warna merah, Deuteromali yaitu kelemahan warna hijau, Tritanomali (low blue) yaitu kelemahan warna biru. Jenis buta warna inilah yang paling sering dialami dibandingkan jenis buta warna lainnya. Dikromasi merupakan tidak adanya satu dari 3 jenis sel kerucut, tediri dari: protanopia yaitu tidak adanya sel kerucut warna merah sehingga kecerahan warna merah dan perpaduannya berkurang, deuteranopia yaitu tidak adanya sel kerujut yang peka terhadap hijau, dan tritanopia untuk warna biru. Sedangkan monokromasi ditandai dengan hilangnya atau berkurangnya semua penglihatan warna, sehingga yang terlihat hanya putih dan hitam pada jenis typical dan sedikt warna pada jenis atypical. Jenis buta warna ini prevalensinya sangat jarang. Sel kerucut yang dipunyai manusia pada mata hanya dapat melihat 3 warna yaitu hijau, merah, biru atau hijau, merah, kuning. Sedangkan sel batang hanya dapat melihat warna hitam, putih, dan abu – abu. Ada beberapa property umum dari warna yakni hue, saturation, dan value. Hue secara sederhana bisa diartikan sebagai nama atau ragam warna. Lebih spesifik hue adalah warna yang dipantulkan atau ditransmisikan oleh obyek. contoh warna yang kita sebut merah, hijau, kuning, dan sebagainnya saturation dapat diartikan pada tingkat kemurnian warna (terkadang disebut juga sebagai chroma), dimana nilainya dihitung dari berapa banyaknya warna abu-abu yang terdapat pada warna dengan satuan %. Saturasi 0% berwarna abu2 (desaturated) dan 100% menjadi warna yang sangat murni atau cerah (saturated). value (brightness/lightness) adalah nilai gelap terang warna yang biasanya dinilai dengan ukuran persen, dimana 0% = hitam dan 100% = putih.
Buta warna sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu trikromasi, dikromasi dan monokromasi.
Buta warna jenis trikomasi adalah perubahan sensitifitas warna dari satu jenis atau lebih sel kerucut. Ada tiga macam trikomasi yaitu:
·         Protanomali yang merupakan kelemahan warna merah,
·         Deuteromali yaitu kelemahan warna hijau,
·         Tritanomali (low blue) yaitu kelemahan warna biru.
Jenis buta warna inilah yang paling sering dialami dibandingkan jenis buta warna lainnya.
Dikromasi merupakan tidak adanya satu dari 3 jenis sel kerucut, tediri dari:
·         protanopia yaitu tidak adanya sel kerucut warna merah sehingga kecerahan warna merah dan perpaduannya berkurang,
·         deuteranopia yaitu tidak adanya sel kerujut yang peka terhadap hijau, dan
·         tritanopia untuk warna biru.
Sedangkan monokromasi ditandai dengan hilangnya atau berkurangnya semua penglihatan warna, sehingga yang terlihat hanya putih dan hitam pada jenis typical dan sedikt warna pada jenis atypical. Jenis buta warna ini prevalensinya sangat jarang.
c.
Alat yang Digunakan
:
Buku Stilling Isihara dan Buku Istihara 1
d.
Cara Kerja
:
Menentukan angka-angka yang terdapat di dalam gambar Stilling Isihara.
e.
Hasil Percobaan
:
Secara keseluruhan bisa menebak atau membaca angka.
f.
Kesimpulan
:
Dapat di simpulkan pengelihatan praktikan baik dan tidak buta warna karena masih bisa membedakannya (menebak).

g.
Daftar Pustaka
:
Olicia, F. 2008. Mengoptimalkan Otak dengan Sistem Biolearning.
      Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Puspitawati, Ira. 1999. PsikologinFaal, Jakarta: Gunadharma.