LAPORAN PRATIKUM PSIKOLOGI FAAL
Percobaan
Nama Percobaan
Nama Subjek Percobaan
Tempat Percobaan
|
:
:
:
:
|
Indera
Pengelihatan
Reaksi
Pupil
Dede
Warliah
Laboratorium
Psikologi Faal
|
|||
a.
|
Tujuan Percobaan
|
:
|
Untuk
mengetahui serta memahami reaksi-reaksi yang terjadi pada pupil mata.
|
||
b.
|
Dasar Teori
|
:
|
Pupil
adalah lingkaran yang dibentuk oleh iris,
dibelakang iris terdapat lensa. Pupil dapat mengecil pada akomodasi dan
konversi. Iris mengandung pigmen dengan musculus
dilatators pupilat dan musculus spchinter papillae.
Mengecilnya pupil karena cahaya ialah lebarnya pupil diatur oleh Iris sesuai
dengan intensitas cahaya yang diterima oleh mata. Ditempat yang gelap dimana
intensitas cahayanya kecil maka pupil akan membesar,
agar cahaya dapat lebih banyak masuk kemata. Ditempat yang sangat terang
dimana intensitas cahayanya cukup tinggi atau besar maka pupil akan mengecil,
agar cahaya lebih sedikit masuk ke mata. Bila cahaya diarahkan ke mata kita
maka akan berkontraksi, kejadian tersebut dinamakan refleks pupil atau
refleks cahaya pupil. Refleks pupil dapat dilihat dari mengecil dan
membesarnya pupil.
Ukuran
pupil tergantung beberapa faktor antara lain umur, tingkat kesadaran, kuatnya
penyinaran, dan tingkat akomodasi. Perubahan diameter pupil dipengaruhi oleh
aktifitas jaras eferen serabut simpatis
dan parasimpatis.
Fungsi
saraf simpatik adalah dilatasi pupil dengan efek yang kurang bermakna pada
otot siliaris sedangkan fungsi saraf parasimpatik untuk miosis pupil dengan
efek terhadap kontraksi M.siliaris
serta efek akomodasi. Jadi dianeter pupil ditentukan oleh aksi antagonistik
antara M.sfingter pupiliae dan M.dilator pupiliae. Otot kedua ini
peranannya kecil.
Reaksi
pupil terhadap cahaya kemungkinan berasal dari jaras yang sama dengan jaras
rangsang cahaya yang ditangkap oleh sel kerucut dan batang, yang
mengakibatkan sinyal visual ke korteks oksipital. Jaras eferen pupilomotor
ditransmisikan melalui N.Optikus
dan melalui hemidekusatio di
chiasma.
Kemudian
jaras pupilomotor mengikuti jaras visuosensorik melalui traktus optikus dan keluar sebelum
mencapai korpus genikulatum lateral,
kemudian masuk batang otak melalui brachium
dari colliculus superior. Jaras atau neuron aferen tersebut kemudian membentuk sinaps dengan Nc. Pretektal yang kemudian menuju Nc Edinger Westphal melalui neuron inter kalasi ipsilateral
(berjalan ke arah ventral di dalam substansia
ke labu peri akuaduktus) dan kontralateral (di bagian dorsal akuaduktus, didalam komissura posterior). Kemudian jaras pupilomotor (neuron eferen parasimpatomimetik)
masing-masing keluar dari Nc Edinger Westphal menuju ganglion siliaris ipsilateral dan bersinaps di sini, kemudian neuron post-ganglioner (N.silaris brevis)
menuju M sfingter papillae.
Note
:
Pupil
mata tergantung dari iris (otot kecil). Iris : mendekati jika cahaya mendekat
terlalu terang, menjauhi cahaya jika cahaya yang masuk terlalu redup.
Jika
mata tidak siap saat terkena cahaya maka pupil mengecil atau meredup secara
langsung, jika siap pupil mengecil secara perlahan.
|
||
c.
|
Alat yang Digunakan
|
:
|
Cermin,
Senter, tabung yang terbuat dari kertas 15mm dan pada dasarnya ada lubang.
|
||
d.
|
Cara Kerja
|
:
|
1.
Sediakan senter.
2.
Arahkan senter ke mata praktikan
3.
Lalu bandingkan hasilnya antara
yang di senter dan tidak.
|
||
e.
|
Hasil Percobaan
|
:
|
Pada
subyek :
Yang
di senter mengecil yang tidak di senter membesar.
Yang
sebenarnya :
Mata
yang terkena cahaya secara tiba-tiba pupil akan mengecil cepat dan iris
mendekat cepat. Mata yang tidak terkena cahaya tiba-tiba pupil akan mengecil secara lambat
dan iris juga mendekat secara lambat.
|
||
f.
|
Kesimpulan
|
:
|
Dari
percobaan ini dapat di simpulkan bahwa pupil Pupil dapat melebar pada tempat
yang gelap dan mengecil pada tempat yang terang.
|
||
g.
|
Daftar Pustaka
|
:
|
Dr Iakandar Japardi. Pupil dan
kelainannya.http://library.usu. ac.id/download/fk/bedah iskandar%20japardi42.pdf.
24-02-2010
|
||
Percobaan
Nama Percobaan
Nama Subjek Percobaan
Tempat Percobaan
|
:
:
:
:
|
Indera
Pengelihatan
Visus
(ketajaman)
Annisa
Solihati
Laboratorium
Psikologi Faal
|
|||
a.
|
Tujuan Percobaan
|
:
|
Untuk
mengetahui ketajaman pengelihatan seseorang
|
||
b.
|
Dasar Teori
|
:
|
Visus
adalah ketajaman penglihatan, sebuah khusus dimana tergantung dari ketajaman fokus
retina dalam bola mata. Untuk menghasilkan detail penglihatan, system optik
mata harus memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea, di dalam macula
yang memiliki densitas tertinggi akan fotoreseptor konus/kerucut sehingga
memiliki resolusi tertinggi dan penglihatan warna terbaik. Ketajaman dan
penglihatan warna sekalipun dilakukan oleh sel yang sama, memiliki fungsi
fisiologis yang berbeda dan tidak tumpang tindih kecuali dalam hal posisi.
Ketajaman dan penglihatan warna dipengaruhi secara bebas oleh masing-masing
unsure. Perkembangan yang normal dari ketajaman visus tergantung dari input
visual yang menghalangi input visual diusia muda. Penurunan tajam penglihatan
direfleksikan dalam berbagai macam abnormalis pada sel-sel di korteks visual.
Perubahan-perubahan ini meliputi penurunan yang nyata akan jumlah sel-sel
yang terhubung pada kedua bola mata, yang bermanifestasi sebagai hilangnya
penglihatan binocular dan kedalaman
streopsis. Visus sangat dipengaruhi oleh sifat pisis mata. oberasi (kegagalan
sinar untuk berkonvergensi atau bertemu di 1 titik fokus setelah melalui
suatu system optik), besarnya pupil, komposisi cahaya, mekanisme akomodasi,
elastisitas otot. Untuk dapat melihat benda, stimulus (cahaya) harus jatuh di
reseptor dalam retina yang selanjutnya diteruskan ke pusat penglihatan (ovea sentralis) dan diperlukan ke
tajaman penglihatan. Bila kita melihat satu benda dengan kedua belah mata
maka benda tersebut dapat terlihat dengan baik karena jatuh di titik identik,
tetapi bila bola mata diganggu maka akan terlihat benda rangkap ( diplopia )
karena tidak jatuh dititik identik. Semakin kecil dan rapat sel kerucut, maka
semakin kecil minimum separabel. Segala macam bentuk gangguan visual yang
menghalangi input visual dalam jangka waktu yang lama seperti katarak, strabismus, atau penutupan dan
penekanan pada mata selama menjalani terapi medis biasanya berakibat sebagai
penurunan ketajaman visus berat dan permanen pada mata yang terkena jika
tidak segera dikoreksi atau diobati di usia muda. Rumusnya V = d
D
Keterangannya
:
V
= Visus (ketajaman penglihatan)
d
= Jarak Optotype Snellen
D
= skala sejauh mana mata normal masih bisa
|
||
c.
|
Alat yang Digunakan
|
:
|
Optotype snellen
|
||
d.
|
Cara Kerja
|
:
|
1.
Tempetlkan Optotype Snellen pada tembok,
2.
Praktikan berdiri di depannya
dengan jarak 3-6 m.
3.
Tutup salah satu mata dengan
tangan, seperti contohnya tutup mata kanan dengan tangan dan juga sebaliknya
mata sebelah kiri lalu lihat dan baca huruf-huruf tersebut untuk mengetahui
apakah mata normal atau tidak.
|
||
e.
|
Hasil Percobaan
|
:
|
Skala
: Kanan 80 dan kiri 60
Jadi,
V = 6 (kanan) V = 6
(kiri)
80 60
|
||
f.
|
Kesimpulan
|
:
|
Penglihatan
ketajaman tergantung pada fokus retina dalam bola mata. Ketajaman penglihatan
tergantung oleh diameter pupil. Untuk mendapatkan penglihatan yang detail,
maka optik mata harus bisa memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea.
Dilihat
dari hasilnya praktikan memiliki ketajaman mata yang rendah ini terbukti dari
hasil percobaan mata kanan dan kiri yang tidak normal.
|
||
g.
|
Daftar Pustaka
|
:
|
Ilyas
S, Itifema. Dalam : Ilmu penyakit Mata. Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Penerbit
FKUI : 2006
|
||
Percobaan
Nama Percobaan
Nama Subjek Percobaan
Tempat Percobaan
|
:
:
:
:
|
Indera
Pengelihatan
Diplopia
(benda rangkap)
Annisa
Solihati
Laboratorium
Psikologi Faal
|
|||
a.
|
Tujuan Percobaan
|
:
|
Untuk
membuktikan terjadinya diplopia atau adanya titik disport yang memberikan
kesan rangkap atau dobel.
|
||
b.
|
Dasar Teori
|
:
|
Diplopia
atau penglihatan ganda adalah suatu gangguan Penglihatan dimana objek
terlihat dobel atau ganda. Diplopia berasal dari bahasa Yunani, diplo = dobel atau ganda, opia = penglihatan. Diplopia binokular
adalah penglihatan ganda yang apabila melihat dengan kedua mata dan
menghilang bila salah satu mata ditutup. Ini diakibatkan oleh gangguan
pergerakan otot bola mata. Diplopia monocular adalah penglihatan yang hanya
terjadi pada satu mata. Penglihatan akan menjadi ganda apabila salah satu
mata ditutup. Ini akibat dari gangguan lengkungan kornea dan kurangnya produksi
air mata. Disparant adalah titik-titik garis benda bayangan yang tidak
sejelas benda aslinya. Kesan rangkap atau double terjadi karena titik
idientik (bintik kuning) fovea nasalis diganggu atau adanya pergeseran letak
bintik kuning saat pelupuk mata ditekan. Selain bintik kuning terdapat bintik
buta (blind spot), karena daerah ini tidak peka terhadap cahaya karena tidak
ada sel batang dan sel kerucut. Sel batang untuk melihat cahaya redup
(remang-remang), sedangkan sel kerucut untuk siang hari dan warna. Bola mata
dipegang oleh 2 otot yaitu otot rectus dan oblique. Otot rectus terdiri dari
superior, inferior, lateris ,dan medialis, sedangkan oblique terdiri dari
superior dan inferior.
|
||
c.
|
Alat yang Digunakan
|
:
|
Tongkat
atau batang yang dapat di berikan atau benda lain yang berbentuk terarur.
|
||
d.
|
Cara Kerja
|
:
|
1.
Pegang pensil atau pulpen di
tangan,
2.
lalu rentangkan tangan sejajar
lurus ke depan,
3.
Praktikan menekan atas kelopak
matanya,
4.
dan perhatikan atau lihat benda
tersebut.
|
||
e.
|
Hasil Percobaan
|
:
|
Pada
subyek :
Benda
terlihat menjadi 2.
Yang
sebenarnya :
Benda
terlihat rangkap (lebih dari 1). Hal itu terjadi karena benda tidak jatuh
pada bintik kuning. Titik disport adalah titik garis benda bayangan yang
tidak sejalur garis benda asli.
|
||
f.
|
Kesimpulan
|
:
|
Kesan
rangkap atau dobel terjadi karena titik identik (bintik kuning/fovea nasalis)
diganggu atau adanya pergeseran letak bintik kuning saat pelupuk mata
ditekan.
|
||
g.
|
Daftar Pustaka
|
:
|
Buyton. Fisiologi
Manusia dan Mekanisme Dasar Penyakit. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2004.
|
||
Percobaan
Nama Percobaan
Nama Subjek Percobaan
Tempat Percobaan
|
:
:
:
:
|
Indera
Pengelihatan
Buta
warna dengan uji Stilling-Isihara dan Stilling-Isihara 1
Annisa
Solihati
Laboratorium
Psikologi Faal
|
|||
a.
|
Tujuan Percobaan
|
:
|
Untuk
mengetahui apakah seseorang mengalami buta warna atau tidak.
|
||
b.
|
Dasar Teori
|
:
|
Buta
warna adalah kelainan yang disebabkan oleh ketidakmampuan sel-sel kerucut
mata untuk menagkap suatu spectrum warna tertentu akibat factor genetis.
Kelainan genetik ada 2 yaitu buta warna permanen dan buta warna temporer.
Buta warna permanen adalah tidak dapat melihat warna ( merah, biru, hijau)
yang terlihat hanyalah warna abu-abu dan putih, sedangkan buta warna temporer
adalah tidakdapat membedakan warna merah tua, merah darah, merah tomat ,
merah cabai, dan merah muda. Buta warna merupakan kelainan genetic/bawaan
yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga
disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya
kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara
penderita buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah
'pembawa sifat' hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat
buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami
kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita
dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya
kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang
wanita tersebut menderita buta warna. Saraf sel di retina terdiri atas sel
batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang peka
terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor cahaya di
retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut. Buta warna sendiri dapat
diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu trikromasi, dikromasi dan monokromasi.
Buta warna jenis trikomasi adalah perubahan sensitifitas warna dari satu
jenis atau lebih sel kerucut. Ada tiga macam trikomasi yaitu: Protanomali
yang merupakan kelemahan warna merah, Deuteromali yaitu kelemahan warna
hijau, Tritanomali (low blue) yaitu
kelemahan warna biru. Jenis buta warna inilah yang paling sering dialami
dibandingkan jenis buta warna lainnya. Dikromasi merupakan tidak adanya satu
dari 3 jenis sel kerucut, tediri dari: protanopia yaitu tidak adanya sel
kerucut warna merah sehingga kecerahan warna merah dan perpaduannya
berkurang, deuteranopia yaitu tidak adanya sel kerujut yang peka terhadap
hijau, dan tritanopia untuk warna biru. Sedangkan monokromasi ditandai dengan
hilangnya atau berkurangnya semua penglihatan warna, sehingga yang terlihat
hanya putih dan hitam pada jenis typical
dan sedikt warna pada jenis atypical. Jenis buta warna ini prevalensinya
sangat jarang. Sel kerucut yang dipunyai manusia pada mata hanya dapat
melihat 3 warna yaitu hijau, merah, biru atau hijau, merah, kuning. Sedangkan
sel batang hanya dapat melihat warna hitam, putih, dan abu – abu. Ada
beberapa property umum dari warna yakni hue, saturation, dan value. Hue
secara sederhana bisa diartikan sebagai nama atau ragam warna. Lebih spesifik
hue adalah warna yang dipantulkan atau ditransmisikan oleh obyek. contoh
warna yang kita sebut merah, hijau, kuning, dan sebagainnya saturation dapat
diartikan pada tingkat kemurnian warna (terkadang disebut juga sebagai
chroma), dimana nilainya dihitung dari berapa banyaknya warna abu-abu yang
terdapat pada warna dengan satuan %. Saturasi 0% berwarna abu2 (desaturated) dan 100% menjadi warna
yang sangat murni atau cerah (saturated).
value (brightness/lightness) adalah
nilai gelap terang warna yang biasanya dinilai dengan ukuran persen, dimana
0% = hitam dan 100% = putih.
Buta warna sendiri
dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu trikromasi, dikromasi dan
monokromasi.
Buta
warna jenis trikomasi adalah perubahan sensitifitas warna dari satu jenis
atau lebih sel kerucut. Ada tiga macam trikomasi yaitu:
·
Protanomali yang
merupakan kelemahan warna merah,
·
Deuteromali yaitu
kelemahan warna hijau,
·
Tritanomali
(low blue) yaitu
kelemahan warna biru.
Jenis
buta warna inilah yang paling sering dialami dibandingkan jenis buta warna
lainnya.
Dikromasi merupakan
tidak adanya satu dari 3 jenis sel kerucut, tediri dari:
·
protanopia yaitu
tidak adanya sel kerucut warna merah sehingga kecerahan warna merah dan
perpaduannya berkurang,
·
deuteranopia yaitu
tidak adanya sel kerujut yang peka terhadap hijau, dan
·
tritanopia untuk
warna biru.
Sedangkan
monokromasi ditandai dengan hilangnya atau berkurangnya semua penglihatan
warna, sehingga yang terlihat hanya putih dan hitam pada jenis typical dan sedikt warna pada jenis atypical. Jenis buta warna ini
prevalensinya sangat jarang.
|
||
c.
|
Alat yang Digunakan
|
:
|
Buku
Stilling Isihara dan Buku Istihara 1
|
||
d.
|
Cara Kerja
|
:
|
Menentukan
angka-angka yang terdapat di dalam gambar Stilling Isihara.
|
||
e.
|
Hasil Percobaan
|
:
|
Secara
keseluruhan bisa menebak atau membaca angka.
|
||
f.
|
Kesimpulan
|
:
|
Dapat
di simpulkan pengelihatan praktikan baik dan tidak buta warna karena masih
bisa membedakannya (menebak).
|
||
g.
|
Daftar Pustaka
|
:
|
Olicia, F. 2008. Mengoptimalkan Otak
dengan Sistem Biolearning.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Puspitawati, Ira. 1999.
PsikologinFaal, Jakarta: Gunadharma.
|
||